Slug Darat Arion Ater: Si Siput Telanjang dari Eropa yang Kerap Disangka Lintah

Di pagi hari yang lembap atau selepas hujan turun, banyak orang tanpa sengaja bertemu dengan makhluk kecil licin yang merayap perlahan di antara dedaunan, bebatuan, atau bahkan dinding luar rumah. Tubuhnya memanjang, lunak, tanpa cangkang, dan warnanya gelap kehitaman. Reaksi spontan pun muncul: “Ih, lintah!” Padahal, hewan itu bukan lintah sama sekali. Ia adalah slug, tepatnya Arion ater, siput telanjang darat asal Eropa yang penampilannya kerap mengecoh banyak orang karena kemiripannya dengan lintah.
Slug seperti Arion ater memang memiliki tubuh yang menyerupai lintah dalam banyak hal. Panjang tubuhnya bisa mencapai 15 cm, permukaannya berlendir dan mengilap, serta bergerak perlahan sambil meninggalkan jejak lendir di belakangnya. Warna tubuhnya bervariasi dari hitam legam, abu tua, hingga cokelat gelap, tergantung kondisi lingkungan dan usia. Tidak adanya cangkang di punggung membuat slug ini makin sulit dibedakan dari lintah oleh orang awam. Apalagi ketika ditemukan di tempat gelap, basah, dan tak terduga seperti bawah pot bunga atau sela tembok berlumut.
Namun secara ilmiah, slug dan lintah berasal dari dunia yang sangat berbeda. Slug merupakan moluska dari kelas Gastropoda, masih satu keluarga dengan siput bercangkang. Lintah, di sisi lain, adalah annelida dari kelas Hirudinea, kelompok cacing bersegmen yang banyak hidup di perairan tawar. Jadi, meskipun keduanya sama-sama lunak dan berlendir, mereka bukan kerabat dekat—lebih mirip tetangga yang hidup di lingkungan sama tapi menjalani kehidupan yang sangat berbeda.
Arion ater dikenal sebagai salah satu slug terbesar di Eropa. Ia aktif pada malam hari dan lebih menyukai lingkungan lembap dengan banyak dedaunan atau bahan organik yang membusuk. Makanannya situs jepang slot meliputi daun muda, jamur, serta bagian tanaman yang sudah layu. Karena nafsu makannya yang besar, slug ini sering dianggap sebagai hama oleh para pekebun dan petani. Banyak kebun di Inggris, Prancis, dan Skandinavia yang tanaman mudanya rusak akibat serangan slug ini secara massal di musim semi dan gugur.
Lendir yang diproduksi Arion ater berfungsi ganda: untuk membantu pergerakan dan sebagai mekanisme pertahanan. Lendir ini kental, lengket, dan sulit dibersihkan dari tangan atau permukaan benda. Ini menjadi salah satu alasan mengapa slug membuat banyak orang merasa geli atau jijik saat bersentuhan langsung. Namun justru lendir inilah yang membuat slug sangat tangguh bertahan hidup di lingkungan kering sekalipun. Mereka bisa mengatur kelembapan tubuhnya dengan sangat efisien, bahkan mampu bersembunyi berhari-hari di tempat teduh sampai hujan berikutnya tiba.
Saat diserang atau disentuh, Arion ater akan menggulung tubuhnya sedikit dan mengeraskan otot-ototnya, membuatnya tampak seperti lintah yang sedang bersiap melekat atau menyedot sesuatu. Bentuk perlindungan pasif inilah yang kian memperkuat kesan bahwa mereka adalah lintah, padahal mereka sama sekali tidak memiliki pengisap atau alat hisap darah. Mereka juga tidak menggigit, menyedot, apalagi membawa risiko seperti lintah sungguhan.
Menariknya, dalam ekosistem, slug punya peran penting yang sering diabaikan. Mereka membantu proses penguraian daun-daunan mati, mempercepat daur ulang nutrisi di tanah, dan menjadi sumber makanan bagi banyak hewan seperti burung, kodok, landak, hingga kumbang predator. Dalam skala alami, keberadaan slug seperti Arion ater membantu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan tanaman dan sisa organik di alam terbuka.
Di luar Eropa, slug ini juga mulai menyebar ke kawasan Amerika Utara dan bahkan ditemukan di beberapa taman botani di Asia karena terbawa dalam media tanam atau bibit impor. Keberadaannya sering kali tidak disadari sampai populasi mereka meningkat drastis. Di beberapa negara, tindakan pengendalian dilakukan dengan metode alami seperti memperbanyak predator alami atau dengan membuat jebakan berbasis bir cairan yang secara aneh justru menarik perhatian slug, membuat mereka tenggelam di dalamnya.
Arion ater bukan hanya siput telanjang biasa. Ia adalah hewan darat yang telah berevolusi dengan sempurna untuk hidup tanpa cangkang, menaklukkan lingkungan lembap, dan bertahan dari kebanyakan predator dengan strategi sederhana namun efektif: lendir dan penyamaran. Ketika seseorang melihatnya dan berkata “kayak lintah,” itu bukan hal aneh—karena penampilannya memang menyimpan ilusi, tapi fungsinya jauh dari menakutkan. Justru, Arion ater adalah makhluk pekerja keras di bawah permukaan kehidupan kebun, yang berjalan lambat tapi memberi dampak besar, meskipun sering dianggap menjijikkan dan disalahpahami.
BACA JUGA DISINI: Fakta Unik Tentang Platipus, Mamalia Bertelur yang Punya Racun!